Yang Pintar Berbagi Ilmu, Yang Kaya Berbagi Harta

Saya suka membayangkan hidup di suatu tempat di mana semua orang, kaya miskin, tua muda, memiliki hak dan akses yang benar-benar sama terhadap ilmu pengetahuan.

Konon katanya, dulu pada waktu jaman kekhalifahan Islam, semua ilmuan, peneliti, dan orang-orang pintar / 'alim (berilmu) dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah. Mereka dipacu untuk menghasilkan karya terbaik tanpa memiikirkan bagaimana cara mendapatkan uang dari hasil karyanya.

Semua karya, termasuk buku-buku dihargai / dibeli oleh pemerintah dengan harga yang luar biasa, yang membuat penulisnya hidup makmur sejahtera. Kemudian buku-buku itu menjadi domain publik, yang bisa dinikmati oleh seluruh rakyat secara cuma-cuma.

Konon katanya juga, orang-orang yang kaya harta, dipungut zakatnya sesuai dengan harta yang dimilikinya. Semakin kaya, semakin besar zakatnya. Hasil pengumpulan zakat ini disalurkan secara tepat kepada yang berhak menerimanya. Orang yang tidak wajib zakat, tentu tidak dipungut zakat dan benar-benar bebas dari segala macam pungutan dari pemerintah (pajak, retribusi, dll)

Saya membayangkan seperti itulah kondisi ideal suatu negara, di mana rakyat bisa hidup gratis tanpa pajak. Rakyat hanya butuh bekerja, dan kalau harta yang diperoleh dari hasil kerjanya menjadi banyak, sampai pada batas wajib zakat, barulah dikenakan wajib zakat. Rakyat juga memiliki kesempatan yang sama untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya, tanpa pusing bagaimana harus membayarnya.

Itulah kondisi yang ideal, menurut saya, di mana yang kaya harta berkontribusi melalui zakat yang dibayarkan, yang pintar dan berilmu berkontribusi melalui karya-karya yang diciptakan. Dan seluruh rakyat memiliki modal yang sama untuk menjadi orang berilmu atau orang berharta. Tidak ada yang namanya lingkaran setan kemiskinan, tidak ada yang namanya komersialisasi pendidikan.

Ah, saya tidak bisa berlama-lama bermimpi, tidak bisa mengharapkan kondisi ideal itu terwujud dalam waktu singkat.

Tetapi, kemudian saya berpikir, mungkin kondisi yang mendekati ideal itu bisa diwujudkan. Ya, bisa diwujudkan tanpa harus menunggu pemerintahan ideal seperti yang sebutkan di atas. Bisa diwujudkan tanpa harus menunggu waktu terlalu lama.

Bagaimana caranya? Caranya dimulai dari orang yang berilmu. Seandainya orang-orang pintar dan berilmu itu bisa membagikan ilmunya secara gratis, bisa membuat buku tanpa memungut bayaran dari orang untuk membeli buku.

Lantas, bagaimana bisa hidup berkecukupan kalau waktunya habis digunakan untuk menghasilkan karya dan membuat buku tanpa mendapatkan penghasilan dari situ?

Di sinilah peran orang kaya harta diperlukan. Mereka menyumbangkan sebagian hartanya untuk membantu kaum berilmu, supaya dapat hidup layak berkecukupan.

Tetapi kalau orang berilmu yang memulai duluan, dari mana modal untuk mencetak buku? Alhamdulillah teknologi semakin memudahkan manusia. Orang-orang berilmu bisa membuat buku tanpa mencetaknya, cukup dengan membuat ebook dan disebarkan secara digital melalui email, website, dan berbagai media lainnya.

Wahai orang-orang berilmu, buatlah ebook sebanyak-banyaknya, dan bagikanlah secara gratis, supaya semakin banyak orang mengambil manfaat darinya.

Wahai orang-orang berharta, jangan sungkan-sungkan untuk mengklik tombol donation, atau mentransfer sejumlah uang kepada orang yang sudah sedekah dengan ilmunya.