Prabowo Untuk Kedaulatan Indonesia

Pada akhir tahun 2009 sampai dengan pertengahan tahun 2012 saya bekerja dan tinggal di Singapura. Selama tinggal di sana saya mencoba membandingkan antara Singapura dan Indonesia. Sebagai rakyat biasa (resident biasa lebih tepatnya), yang menjadi perhatian saya adalah hal-hal yang terkait langsung dengan aktifitas sehari-hari. Dimulai dari segi fasilitas umum, infrastruktur, pelayanan publik, sampai kepada relasi antara pemerintah dan rakyat.

Saya menilai pemerintah Singapura berhasil membuat infrastruktur dan fasilitas umum yang sangat baik, dan juga pelayanan publik yang sangat baik. Saya juga menilai pemerintah Singapur itu sangat kuat. Dalam relasinya dengan rakyat, saking kuatnya, bahkan saya menilai pemerintah Singapura cenderung otoriter, dalam arti pemerintah punya kekuatan yang sangat besar untuk mengatur rakyatnya agar tertib dan teratur.

Dalam salah satu penerbangan Singapura-Jakarta, saya membaca sebuah artikel yang menulis tentang bagaimana Lee Kuan Yew mengawali langkahnya membangun Singapura. Kondisi Singapura pada tahun 1960an itu sangat jauh dari kondisi sekarang. Kumuh, kotor, jauh dari kebersihan dan kenyamanan seperti yang dirasakan sekarang. Apa yang dilakukan Lee Kuan Yew saat itu? Dia menyebarkan foto-foto negara Swiss yang indah kepada rakyatnya. Itulah cara Lee Kuan Yew menyampaikan visi kepada rakyatnya. Singapura akan dibangun dari yang kumuh, kotor, tidak nyaman, menjadi bersih, rapi, indah, dan nyaman seperti Swiss.

Dari seorang rakyat senior Singapura yang berusia 70an tahun, saya mendapatkan cerita bahwa pemerintah Lee Kuan Yew itu sangat tegas, bahkan bisa dibilang kejam dalam membangun Singapura. Katanya, dulu kampung-kampung kumuh itu tak segan dibakar supaya warganya mau direlokasi dan wilayahnya ditertibkan. Saya tak tahu kebenaran cerita si kakek tersebut, tetapi saya bisa membayangkan memang untuk mengatur rakyat itu butuh pemerintah yang tegas tetapi berorientasi untuk kesejahteraan bersama.

Saya membayangkan bisakah Indonesia dibangun sehingga menjadi seindah dan senyaman Singapura?

Dulu pada tahun 1998 saya bolak-balik Depok – Senayan selama satu minggu, bahkan beberapa hari tidur di gedung DPR/MPR. Pada saat itu saya lebih suka berdemonstrasi daripada mengikuti kuliah di kampus UI. Sekarang, 16 tahun kemudian, saya menyadari bahwa dari segi kesejahteraan rakyat, dari segi kenyamanan fasilitas publik, cita-cita reformasi masih jauh panggang dari api. Indonesia pasca reformasi seolah menjadi kehilangan arah, pemerintahannya lemah, rakyatnya terlihat makin susah. Padahal Indonesia itu kaya. Sumberdaya alamnya melimpah, sumberdaya manusianya juga tak kalah.

Undang-Undang Dasar 1945 memberi amanat kepada pemerintah agar bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dasar negara Pancasila juga mengamanatkan terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kenyataan yang saya lihat, kekayaan nasional Indonesia belum dirasakan secara maksimal oleh rakyatnya. Kondisi itulah yang membuat saya dan beberapa teman lainnya berdiskusi berhari-hari sampai akhirnya bersepakat melahirkan gerakan moral yang diberi nama Petisi Kedaulatan. Lebih lengkap tentang Petisi Kedaulatan dapat dilihat di website https://web.facebook.com/PetisiKedaulatan/ 

Pada tanggal 9 Juli 2014 nanti rakyat Indonesia memiliki kesempatan untuk memilih siapa yang akan memimpin negara ini lima tahun ke depan. Rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk memilih Joko Widodo atau Prabowo Subianto yang akan menjadi presiden Republik Indonesia periode 2014-2019. Dari 250 juta rakyat Indonesia, mungkin masih banyak kandidat presiden yang baik dan layak memimpin negeri ini. Tetapi mekanisme pemilu yang berjalan sampai saat ini hanya memberikan 2 pilihan, Joko Widodo atau Prabowo Subianto.

Lantas, siapa yang lebih baik, siapa yang lebih layak memimpin Indonesia saat ini? Joko Widodo atau Prabowo Subianto? Setelah menilai, menimbang, mengikuti masa kampanye, melihat debat capres, dan seterusnya, akhirnya saya memutuskan untuk saat ini, dengan kondisi Indonesia sepert ini, Prabowo Subianto lebih layak untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan.
Kenapa saya memilih Prabowo Subianto? Saya melihat yang paling diperlukan Indonesia sekarang adalah pemimpin yang memiliki visi untuk menegakkan kedaulatan Negara Republik Indonesia. Dan saya melihat Prabowo Subianto lebih align / sejalan dengan visi Petisi Kedaulatan. Tentu saja sebagai gerakan moral, Petisi Kedaulatan tidak memihak salah satu capres. Tetapi saya secara pribadi, dan sebagai salah seorang fasilitator Petisi Kedaualatan, melihat bahwa Prabowo Subianto memiliki perhatian yang serius terhadap kedaulatan Indonesia.

Dalam beberapa kesempatan, Prabowo Subianto berbicara tentang kebocoran potensi pendapatan yang bisa diraih dari pengelolaan kekayaan nasional Indonesia. Prabowo Subianto mewacanakan kemungkinan renegosiasi kontrak migas dan tambang supaya lebih banyak manfaatnya untuk rakyat Indonesia. Prabowo Subianto juga menyoroti untuk menciptakan nilai tambah dari SDA, yaitu mengelola sendiri, bukan menjual bahan mentah dan mengimpor hasil olahannya.

Dari kampanyenya, Prabowo Subianto juga memiliki visi menggunakan dana yang berhasil diselamatkan dari kebocoran untuk membangun infrastruktur seperti tol Jakarta-Surabaya, tol lintas Sumatera, tol lintas Kalimantan, tol lintas Sulawesi, double track jalur kereta di Sumatera, dan infrastruktur lainnya. Jika hal ini terwujud tentu fasilitas umum berupa jalan akan lebih nyaman seperti di Singapura dan Malaysia. Suatu hari saya menempuh perjalanan Singapura – Kuala Lumpur melalui darat. Jarak sejauh 300 km bisa ditempuh mobil dalam waktu 3 jam, karena jalannya mulus, 4 jalur. 300 km itu sama jaraknya dengan jalur pantura Jakarta – Tegal yang kalau kita tempuh dengan mobil paling cepat 7 jam dan paling lambat bisa belasan jam, apalagi saat mudik lebaran.

Saya menilai Prabowo Subianto akan mampu mencipatakan pemerintahan yang kuat. Pemerintah yang kuat terhadap para pengusaha, sehingga pengelolaan kekayaan nasional ini tidak diatur oleh kaum pemilik modal, tetapi pemerintah lah yang mengatur. Pemerintah yang kuat terhadap rakyat, dalam arti penegakan hukum agar rakyat tertib dan akhirnya tercipta kenyamanan bersama.
Kalau kekayaan nasional berhasil dikelola dengan baik sehingga menghasilkan sumber dana yang cukup banyak untuk pembangunan, kalau pemerintahnya kuat sehingga bisa membuat road-map Indonesia ke depan, bukan tidak mungkin Indonesia bisa dibangun menjadi negara yang maju, negara yang bersih, tertib, indah, aman, dan nyaman seperti Singapura. Kita berharap Prabowo Subianto bisa menjadi seperti Lee Kuan Yew yang memilik visi, kekuatan, dan kecakapan untuk memimpin kebangkitan Indonesia.

Bagaimana dengan calon presiden yang satu lagi? Saya tidak mau menjelekkan Joko Widodo, karena belum tentu saya lebih baik. Saya melihat banyak sisi baik dari Joko Widodo, tetapi untuk memimpin Indonesia saat ini, saya menilai Prabowo Subianto lebih tepat. Dan saya berharap jika Prabowo Subianto menjadi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo bisa digandeng untuk posisi yang lebih tepat sesuai dengan kapasitas dan segala kebaikannya.

Mari kita dukung Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Mari kita wujudkan kedaulatan Indonesia. Mari kita utamakan perSATUan Indonesia, jangan sampai Indonesia terkotak-kotak dan terpecah belah.

Salam Indonesia Bangkit!
  
[ Read More ]

Mata Normal Tetapi Penglihatan Kurang Normal

Ilustrasi Garis yang Sebenarnya dan yang Terlihat
Gambar di samping adalah ilustrasi dari 2 buah garis. Garis yang pertama adalah garis  yang sebenarnya yaitu sebuah garis lurus dari kiri ke kanan. 

Garis yang kedua adalah garis yang terlihat oleh mata saya. Di bagian sebelah kiri, garis terlihat jelas sebagai sebuah garis lurus. Pas di bagian tengah, garis tidak tampak jelas tetapi tampak blur (kabur). Semakin ke bagian kanan, garis semakin terlihat menjadi 2 buah.

Pada suatu hari Kamis sore sekitar pukul 17 WIB, kepala saya tiba-tiba pusing. Tidak lama, malamnya, besoknya dan seterusnya sudah tidak pusing lagi.

Pada hari Jumat, penglihatan saya menggunakan 2 buah mata menjadi tidak jelas. Penglihatan menggunakan sebuah mata, baik mata kiri maupun kanan cukup jelas. Supaya penglihatan jelas, maka saya harus melihat dengan sebelah mata (menutup sebelah mata yang satu lagi).

Pada hari Senin, saya ke dokter spesialis mata. Saya menduga mata saya silindris dan solusinya adalah menggunakan kaca mata silinder, selesai. Hasil periksa dokter mata ternyata berbicara lain. Setelah diperiksa, kata dokter, kedua mata saya normal, tetapi ada gangguan pada syaraf atau otot penggerak mata kanan. Gambar di bawah ini bisa membantu menjelaskan.
Posisi mata saat melihat ke depan, ke kiri, dan ke kanan

Pada saat melihat ke depan, posisi mata saya terlihat normal (kedua bola mata berada di tengah).

Pada saat melihat ke sebelah kiri, posisi kedua mata juga normal (kedua belah mata berada di ujung kiri).

Tetapi, pada saat melihat ke sebalah kanan, posisi mata kiri nomal (bola mata berada di ujung kiri), sedangkan posisi mata kanan kurang normal (bola mata tidak sampai di ujung kanan mata).

Dokter spesialis mata menyatakan mata saya normal, tetapi syaraf atau otot penggerak mata kanan ke arah luar (menjauhi hidung) mengalami gangguan. Saya pun disarankan ke dokter spesialis syaraf.

Pada hari Selasa, saya pergi ke dokter spesialis syaraf. Saya utarakan hasil pemeriksaan dokter spesialis mata pada hari sebelumnya. Setelah diperiksa dokter syaraf, diagnosa awalnya adalah saya diduga mengalami SOL, semacam gangguan di syaraf atau otak (saya belum sempat mencari informasi lengkapnya). Saya juga diduga mengalami infeksi tuberkuloma. Saya juga perlu dipastikan apakah gula darahnya tinggi. Untuk membantu diagnosa dan dugaan tersebut maka saya pun diminta menjalani 3 pemeriksaan, yaitu MRI kepala, cek paru-paru (rontgen / thorax) dan cek darah.

Pada hari Rabu, karena di Bogor tidak ada, saya pergi ke RSCM untuk daftar MRI (Magnetic Resonance Imaging). Alhamdulillah di RSCM bisa daftar MRI, tetapi mendapat jadwal hari Rabu minggu depannya. Saya merasa kelamaan karena ingin cepat memperoleh diagnosa yang final. Saya kemudian pergi ke RSPAD Gatot Soebroto dan mendaftar MRI di sana. Alhamdulillah mendapat jadwal cek MRI pada hari Jumat di minggu yang sama.

Pada hari Kamis, saya menjalani cek darah dan torax di Bogor. Alhamdulillah hasil cek darah menyatakan gula darah saya normal. Hanya kolesterol yang berlebih dan juga LED (Laju Endapan Darah) yang tinggi. Hasil cek paru-paru juga alhamdulillah normal, tidak ada tuberkulosa atau kelainan lainnya.

Pada hari Jumat, saya menjalani cek MRI kepala di RSPAD. Kata petugasnya, hasil MRI baru bisa diperoleh besoknya, yaitu hari Sabtu. Saya merasa agak repot juga kalau harus kembali ke Bogor dan besoknya kembali lagi ke RSPAD di Jakarta hanya untuk mengambil hasil MRI. Karena yang saya fahami MRI adalah proses scan dengan metode magnetik, kemudian diolah komputer dan dicetak, maka saya menduga seharusnya hasil cek MRI bisa dicetak pada hari itu juga. Setelah merayu petugasnya, akhirnya saya bisa membawa pulang hasil MRI pada hari Jumat malam. Hasil MRI pun cukup bagus, bahwa dugaan SOL itu negarif. Alhamdulillah :)

Pada hari Sabtu, saya kembali ke dokter spesialis syaraf dengan membawa hasil cek darah, paru-paru, dan juga MRI. Ternyata dugaan awal dokter bahwa saya mengalami SOL, infeksi tuberkuloma, atau gula darah tinggi, negatif semuanya. Akhirnya dokter syaraf mendiagnosa saya mengalami infeksi di bagian syaraf dan diminta melanjutkan meminum obat radang, suplemen vitamin otak, dan obat lainnya yang diresepkan. Saya juga diminta bersabar dan setelah obat habis diminta kembali ke dokter spesialis syaraf untuk konsultasi perkembangannya.

Sekarang saya sudah seminggu mengalami gangguan penglihatan ini dan sesuai dengan saran dokter spesialis syaraf, saya berusaha untuk tetap sabar menjalaninya dan meminum obat yang disarankan. Tetapi rasa ingin tahu saya yang tinggi, dan  tentu saja rasa ingin cepat sembuh yang jauh lebih tinggi, membuat saya tetap penasaran kira-kira ada atau tidak solusi yang to the point untuk mengobati otot atau syaraf penggerak mata kanan bagian luar (outward) ini.


Kalau Anda punya pengalaman pribadi, atau pengalaman anggota keluarga, atau pengalaman saudara, atau pengalaman teman, atau pengalaman siapa pun yang serupa dengan saya, saya sangat mengharapkan informasi, saran dan masukan untuk membantu proses penyembuhan.
[ Read More ]

Memahami Sky Technology

Dalam agama Islam, diajarkan pemahaman bahwa apa pun yang kita lakukan di dunia ini, akan dicatat oleh malaikat. Kemudian, buku catatan itu akan diperlihatkan kepada kita pada hari akhirat, untuk kemudian kita mendapatkan balasan atas kebaikan maupun keburukan yang kita lakukan.

Dulu, mungkin kita merasa sulit untuk memahami bagaimana caranya malaikat mencatat semua yang kita lakukan. Bagi orang yang ragu untuk beriman, mungkin berfikir hal itu tak mungkin terjadi. Tetapi bagi orang beriman, ada keyakinan bahwa apa pun bisa terjadi, jika Allah Menghendaki.

Sekarang, kita hidup di zaman teknologi informasi sudah berkembang begitu pesat. Di antara teknologi yang akan segera berkembang cepat adalah teknologi komputasi awan, yang dalam bahasa Inggris disebut cloud computing technology, atau kita singkat saja cloud technology. Istilah cloud technology berasal dari gambar awan (cloud) yang biasa digunakan dalam sebuah grafik jaringan komputer. Di dalam sebuah gambar jaringan komputer, cloud digunakan salah satunya untuk menggambarkan hubungan antar komputer melalui internet.

Dengan cloud technology, kita begitu mudah membuat video kemudian menyimpannya di server internet, misalnya di YouTube atau Vimeo. Kita juga begitu mudahnya mengambil foto apa saja yang ada di sekitar kita kemudian fotonya kita simpan di internet, misalnya di Flickr atau Instagram. Kita juga begitu mudah menulis apa saja yang ada di pikiran kita kemudian menyimpannya di internet, misalnya di Facebook, Twitter, atau blog. Ke depan, akan semakin banyak data yang kita simpan di internet.

Kita bisa melihat dan merasakan, begitu mudahnya kita merekam apa pun yang ada di sekitar kita, dan kemudian kita simpan di tempat yang tidak kita ketahui secara pasti. Kita tidak tahu apakah data kita itu disimpan di Amerika, Singapura, Kutub Utara, entah di mana. Tetapi yang jelas kita begitu mudahnya melihat dan membuka kembali tulisan, foto, video, atau apa pun yang kita buat hari kemarin, bulan lalu, tahun lalu, puluhan tahun yang lalu, dan seterusnya. Kita juga bisa melihat data yang dibuat oleh teman kita yang sudah meninggal dunia. Setelah kita meninggal dunia pun, kelak, orang lain akan mudah melihat data yang kita buat pada saat kita masih hidup di dunia.

Kita juga sangat mungkin berada pada suatu tempat di mana gerakan kita terekam CCTV, kemudian videonya di simpan entah di mana. Sangat mungkin juga ada orang yang mengambil foto atau video kita tanpa kita sadari, dan dia menyimpannya entah di mana.

Kita bisa melihat dengan mata kepala kita sendiri, bahwa dengan Cloud Technology dan teknologi informasi lainnya, begitu mudahnya untuk merekam dan menyimpan apa pun yang kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan memahami ini, kita tentu semakin mudah memahami dan mengimani bahwa adalah sangat mudah bagi Allah dan para malaikatnya untuk merekam dan menyimpan rekaman atas apa pun yang kita lakukan. Kita tentu saja tidak tahu teknologi apa yang digunakan, karena itu di luar jangkauan. Untuk mudahnya kita sebut saja Teknologi Langit, atau dalam bahasa Inggris disebut Sky Technology. Karena langit itu lebih tinggi, lebih luas, lebih stabil daripada awan, maka tentu saja Sky Technology lebih reliable (dapat diandalkan) daripada Cloud Technology.
[ Read More ]

Mang Uki, TKI Cerdas Finansial

Kamis, 17 Mei 2012, sekitar pukul 8 malam, saya makan di Fork & Spoon, sebuah food court makanan halal di Toa Payoh, Singapura. Ketika saya sedang menikmati Tom Yam ditambah nasi, dari kejauhan saya melihat Mang Uki.

Mang Uki pun akhirnya melihat dan menghampiri saya. Sambil berjabat tangan, dia akrab menyapa, "Ka mana wae yeuh?" yang dalam Bahasa Indonesia berarti "Ke mana aja ni?" Setelah saling menyapa, kemudian Mang Uki duduk menemani saya.

Mang Uki mulai cerita kalau izin kerja dia di Singapura akan berakhir bulan ini (Mei 2012). "Bos sudah mengajukan perpanjangan, tapi ditolak," lanjutnya. Tanpa ditanya, Mang Uki melanjutkan cerita bahwa bosnya sedang berusaha terus mengajukan perpanjangan izin kerjanya. Kalau sampai akhir Mei izin kerjanya belum disetujui juga, Mang Uki akan pulang ke kampungnya tanggal 1 Juni. Dia akan tetap di kampung sambil terus menuggu status izin kerja sampai akhir Juni. Seandainya sampai akhir Juni izin kerjanya tetap tidak disetujui, Mang Uki berencana membuka warung makan di Jakarta.

Sambil melanjutkan makan Tom Yam, saya mencoba menggali informasi tentang Mang Uki. Selama ini saya hanya mengenal Mang Uki sebagai koki di warung makan "Ayam Bakar Ojolali". Perkenalan saya dengannya pun karena pada saat-saat awal tinggal di Singapura saya sering pesan makan di tempatnya bekerja.

Dari obrolan santai itu, saya jadi tahu kalau Mang Uki sudah bekerja di Singapura selama hampir empat tahun. Dari hasil kerjanya itu Mang Uki berhasil membeli rumah seharga 200 juta rupiah di daerah Pasar Minggu. Katanya sekarang rumahnya tersebut sudah ada yang menawar 250 juta rupiah, tetapi Mang Uki tidak mau menjualnya, karena rumah itu rencananya akan dijadikan tempat tinggal.

Mang Uki juga berhasil membuat rumah di kampungnya di Majalengka, Jawa Barat. Total biaya yang digunakan untuk membangun rumah tersebut sekitar 200 juta rupiah. "Wah, hebat juga ya," dalam hati saya bergumam.

Mang Uki melanjutkan ceritanya kalau dia memang tidak punya banyak uang tabungan, karena menggunakan uangnya untuk membeli dan membangun rumah, juga untuk membiayai anaknya kuliah.

Saya melanjutkan pertanyaan berapa rupiah yang berhasil dia sisihkan setiap bulan, dan sudah berapa lama itu dilakukan. Tak lupa saya juga menanyakan berapa besar gaji yang dia terima sebagai koki di warung makan.

Mang Uki bercerita kalau dia mengajak istrinya komitmen untuk menyisihkan uang hasil jerih payahnya minimal sepuluh juta rupiah per bulan. Dalam beberapa kesempatan bahkan berhasil menyisihkan dua belas juta rupiah per bulan. Selama empat tahun, hal itu konsisten mereka jalankan.

Mang Uki menerima gaji setiap bulan sebesar 2.200 dollar Singapura . Jika satu dolar Singapura bernilai tujuh ribu rupiah, berarti Mang Uki berhasil menyisihkan uang sekitar 1.500 sampai 1.700 dolar Singapura per bulan. Itu berarti Mang Uki setiap bulan berhasil menyisihkan 68% - 77% gajinya.

Wow, luar biasa ya. Menurut saya, Mang Uki adalah salah satu contoh seorang TKI yang cerdas secara finansial. Dia menyadari bahwa dia tidak akan selamanya bekerja, sehingga selagi mendapatkan gaji sebagai pegawai, dia berusaha untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli rumah, biaya anak kuliah, dan persiapan buka usaha.

Bagaimana dengan Anda?
[ Read More ]

Smartphone dengan keyboard 3 tombol

Anda yang punya smartphone (ponsel cerdas) hampir bisa dipastikan ponsel Anda memiliki keyboard Qwerty, yaitu papan ketik di mana setiap huruf memiliki satu tombol sendiri. Bagi orang dengan jempol cukup besar mungkin sedikit kerepotan ketika mengetik di keyboard Qwerty karena tombolnya banyak dan kecil-kecil.

Sekarang Anda bayangkan jika tombol pada keyboard smartphone cukup dibuat 3 saja yang terdiri dari tombol dot (titik), dash (strip) dan space (spasi). Karena hanya tiga tombol maka ukuran tombolnya bisa dibuat besar-besar. Dan dengan ukuran tombol yang besar, maka orang dengan jempol besar pun akan lebih nyaman ketika mengetik.

Lantas, bagaimana cara mengetik huruf-huruf jika papan ketiknya hanya memiliki tombol titik (.), strip (-) dan spasi?

Jika Anda pernah ikut kegiatan pramuka di sekolah, kemungkinan besar Anda pernah belajar sandi morse. Ya, dengan sandi morse, kita bisa menulis huruf-huruf, kata-kata, dan kalimat hanya dengan menggunakan tanda titik dan strip.

Anda mungkin berfikir susah dong kalau harus menghafal sandi morse. Ya, bagi sebagian orang mungkin susah, tetapi bagi saya menghafal sandi morse itu sangat mudah. Cara mudah menghafal sandi morse adalah dengan teknik mnemonic.

Dengan teknik mnemonic kita bisa menghafalkan kombinasi titik dan garis pada sandi morse sebagai kata-kata yang mudah diingat. Tentu saja kita perlu membuat aturan main atau rumus untuk menerjemahkan kata yang kita ingat menjadi kode sandi morse.

Mari kita lihat telebih dahulu huruf-huruf yang dituliskan ke dalam sandi morse:

A .-
B -...
C -.-.
D -..
E .
F ..-.
G --.
H ....
I ..
J .---
K -.-
L .-..
M --
N -.
O ---
P .--.
Q --.-
R .-.
S ...
T -
U ..-
V ...-
W .--
X -..-
Y -.--
Z --..

Sekarang kita transformasikan setiap satu tanda titik (.) menjadi satu suku kata dengan bunyi vokal selain o (a-i-u-e). Sedangkan setiap tanda strip (-) menjadi satu suku kata dengan bunyi vokal o. Misalnya huruf A (.-) menjadi Ano (bunyi vokal a-o), huruf B (-...) menjadi Bonaparte (bunyi vokal o-a-a-e), huruf C (-.-.) menjadi Coba coba (bunyi vokal o-a-o-a). Mudah sekali, bukan?

Berikut adalah daftar kata untuk seluruh huruf A sampai dengan Z.

A Ano
B Bonaparte
C Coba coba
D Dominan
E Egg
F Father Johan
G Golongan
H Himalaya
I Islam
J Jagoloyo
K Komando
L Lemonade
M Motor
N Notes
O Omono
P Pertolongan
Q Qoyomino
R Rasohe
S Sahara
T Tong
U Uniform
V Versikabo
W Wahono
X Xosendero
Y Yosimono
Z Zoroaster

Anda tinggal menghafalkan kata-kata tersebut, maka Insya Allah Anda akan hafal sandi morse untuk tiap huruf A sampai Z.

Catatan:

1) Saya sudah membuktikan dengan cara ini saya masih hafal sandi morse sejak saya ikut pramuka waktu SMP

2) Tulisan ini saya buat karena terinspirasi oleh Gmail Tap (April Fool 2012) dan ingin berbagi kiat menghafal sandi morse dengan teknik mnenomic.
[ Read More ]

Membaca Bukan Hobi, Menjadi Penulis Bukan Cita-cita

Setiap dihadapkan pada pertanyaan tentang hobi, dalam beberapa kesempatan saya menjawab hobi saya adalah membaca. Bukan karena sudah ribuan judul buku yang saya baca, bukan pula karena rak buku di rumah sudah penuh semuanya. Saya membaca buku tidak setiap hari. Saya membaca buku hanya sesekali saja. Kenapa saya menyatakan hobi saya adalah membaca karena pilihan hobi yang lain seperti olahraga, melukis, bermain musik, bernyanyi, lebih jarang saya lakukan, bahkan ada yang belum pernah saya lakukan.

Saya selama ini enjoy saja menyatakan membaca sebagai hobi, sampai suatu ketika saya membaca twit (kicauan di twitter) seorang teman bahwa menjadikan membaca sebagai hobi itu salah. "Membaca itu kewajiban, bukan hobi", begitu kurang lebih twitnya. Analoginya sama dengan makan. Makan itu kewajiban (atau kebutuhan), sehingga menyatakan makan sebagai hobi itu tidak tepat. Analogi yang lain adalah shalat bagi seorang muslim. Menyatakan shalat sebagai hobi itu kurang tepat, karena shalat itu wajib dilakukan. 

Jadi, membaca itu bukan hobi, membaca adalah kewajiban. Tentu saja konteksnya bukan hanya membaca buku, majalah, surat kabar, media online, atau teks lainnya, tetapi juga membaca situasi sekitar kita, membaca apa yang terjadi di lingkungan kita, membaca fenomena alam, dan membaca semua hal yang kita lihat dan rasakan.

Itu tentang hobi membaca, bagaimana dengan cita-cita menjadi penulis? Dari dulu sampai sekarang saya masih memiliki cita-cita menjadi seorang penulis buku. Sudah banyak judul yang saya ciptakan, tetapi tak satu pun buku yang sudah diterbitkan, karena memang tak pernah saya tulis bukunya, hanya menciptakan judulnya. Kadang saya berpikir menjadi penulis buku itu seharusnya mudah, tetapi saya sering menyadari bahwa menjadi penulis itu tidak semudah yang saya pikirkan.

Dalam sebuah workshop menulis yang diselenggarakan pada tanggal 24 Maret 2012 di Sekolah Indonesia Singapura, Gol A Gong penulis novel Balada Si Roy menuturkan bahwa menjadi penulis itu bukanlah cita-cita. Menjadi penulis itu adalah proses alamiah saja ketika seseorang sudah banyak membaca. Kalau diibaratkan sebuah ember, setiap kali kita membaca, kita mengisi ember tersebut dengan air. Maka ketika kita terus menerus membaca, ember tersebut akan penuh dan butuh keran untuk mengeluarkan sebagian isinya. Proses mengeluarkan air melalui keran itu adalah analogi dari kegiatan menulis ketika memori atau pikiran kita sudah penuh dengan hasil bacaan kita.

Hmm, saya merasa bersalah lagi nih. Setelah sebelumnya merasa bersalah menjadikan menulis sebagai hobi, sekarang merasa bersalah menjadikan penulis buku sebagai cita-cita. Lebih merasa bersalah lagi karena setelah mengklaim hobi membaca, ternyata kegiatan membaca saya juga tidak seberapa. Dan lebih merasa bersalah lagi karena setelah mengkalim punya cita-cita menjadi penulis, ternyata sampai saat ini belum satu pun buku yang berhasil saya tulis.

Wah wah, saya harus terus berbenah. Saya harus lebih rajin membaca, karena membaca itu adalah sebuah kewajiban. Ketika saya berhenti atau malas membaca, berarti ketika itu pula saya sedang mangkir dari kewajiban saya. Selain lebih rajin, saya juga harus lebih serius membaca, supaya hasil dari kegiatan saya membaca lebih banyak terekam maknanya, dan ketika semakin banyak makna yang berhasil saya rekam, maka seharusnya secara alamiah saya menuliskannya ke dalam tulisan berupa buku, supaya memori dalam otak saya selalu cukup untuk merekam berbagai makna baru yang saya baca di luar sana.

Mari membaca. Mari menulis.

[ Read More ]

BBM dan Kelas Menengah

Saat tulisan ini dibuat, di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia sedang ramai aksi demonstrasi mahasiswa & masyarakat menolak rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada tanggal 1 April 2012.

Produk BBM yang akan dinaikkan harganya adalah Premium dari sebelumnya Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter atau akan naik sebesar Rp 1.500 per liter.

Yang dimaksud dengan kelas menengah dalam tulisan ini adalah kelompok masyarakat yang secara ekonomi tidak terlalu terpengaruh oleh rencana kenaikan harga BBM tersebut.

Kelas menengah yang saya maksud ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor dengan konsumsi BBM premium yang akan naik harganya, atau konsumsi BBM pertamax atau produk BBM lain yang harganya lebih mahal daripada premium dan tidak disubsidi pemerintah.

Bagi kelas menengah, rencana kenaikan BBM tersebut mungkin tidak terlalu berpengaruh. Bagi pengguna pertamax atau produk BBM lain tak bersubsidi, jelas tidak ada pengaruhnya karena memang tidak menggunakan premium. Bagi kelas menengah yang menggunakan premium pun tak terlalu berpengaruh, karena harga baru yang diajukan pemerintah masih affordable (terjangkau) dan masih cukup jauh di bawah harga BBM tak bersubsidi.

Karena tidak terpengaruh, maka kecil kemungkinan kelompok menengah ini ikut berdemonstrasi di jalan. Mereka mungkin malah merasa terganggu oleh aksi demonstrasi karena kemungkinan besar menambah kemacetan.

Daripada aksi demonstrasi di jalan, kelas menengah ini mungkin lebih asik berdiskusi di kantor tempat bekerja, di meja makan restoran, di kafe-kafe, atau di media online seperti mailing list dan social network seperti facebook dan twitter. Pro dan kontra, adu argumentasi yang dibumbui angka-angka hitung-hitungan subsidi, biaya produksi BBM, dan seterusnya seolah menjadi obrolan biasa saja, atau hiburan tambahan di sela-sela kesibukan.

Masyarakat kelompok menengah ini mungkin tidak tahu, tidak mau tahu, atau tidak akan pernah tahu bahwa banyak kelompok masyarakat lain yang nasibnya tidak beruntung seperti mereka. Masyarakat yang merasakan langsung dampak kenaikan BBM, bahkan dampaknya sudah terasa ketika kenaikan BBM itu masih sekedar wacana dan rencana.

Pelaku industri skala mikro, sudah ada yang gulung tikar karena bahan baku produksi sudah naik duluan. Buruh pabrik sudah dihantui ancaman kenaikan ongkos perjalanan menuju tempat kerja. Ibu-ibu rumah tangga sudah menjerit karena bahan-bahan konsumsi keluarga juga sudah naik. Semua kesulitan tersebut mungkin tidak dirasakan oleh kelompok masyarakat kelas menengah.

Jika Anda merasa termasuk ke dalam kelompok masyarakat kelas menengah, cobalah Anda sekali-sekali berbaur dengan kelompok masyarakat yang sangat merasakan langsung dampak kenaikan BBM, sehingga Anda bisa menyikapi keadaan dengan lebih bijak, karena bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Atau jika Anda terlalu sibuk untuk berbaur dengan masyarakat yang merasakan langsung dampak kenaikan BBM, paling tidak Anda bisa menunjukkan sikap yang penuh empati. Anda bebas mengeluarkan pendapat apa pun, dan di era informasi dan media sosial seperti sekarang, pendapat Anda pun dengan mudah menyebar ke mana-mana. Sebelum berpendapat, silakan Anda renungkan, dan pastikan pendapat Anda tidak akan menyinggung kelompok masyarakat tertentu.

Pastikan suara Anda tidak menyakiti perasaan masyarakat yang secara ekonomi tidak beruntung seperti Anda. Pastikan suara Anda tidak menyinggung masyarakat yang mendukung atau turun langsung berdemonstrasi. Bisa jadi di antara mereka banyak yang benar-benar tulus dan berjuang, dan bila perjuangan mereka berhasil, Anda pun akan ikut merasakan hasilnya.
[ Read More ]