BBM dan Kelas Menengah

Saat tulisan ini dibuat, di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia sedang ramai aksi demonstrasi mahasiswa & masyarakat menolak rencana pemerintah yang akan menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) pada tanggal 1 April 2012.

Produk BBM yang akan dinaikkan harganya adalah Premium dari sebelumnya Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter atau akan naik sebesar Rp 1.500 per liter.

Yang dimaksud dengan kelas menengah dalam tulisan ini adalah kelompok masyarakat yang secara ekonomi tidak terlalu terpengaruh oleh rencana kenaikan harga BBM tersebut.

Kelas menengah yang saya maksud ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor dengan konsumsi BBM premium yang akan naik harganya, atau konsumsi BBM pertamax atau produk BBM lain yang harganya lebih mahal daripada premium dan tidak disubsidi pemerintah.

Bagi kelas menengah, rencana kenaikan BBM tersebut mungkin tidak terlalu berpengaruh. Bagi pengguna pertamax atau produk BBM lain tak bersubsidi, jelas tidak ada pengaruhnya karena memang tidak menggunakan premium. Bagi kelas menengah yang menggunakan premium pun tak terlalu berpengaruh, karena harga baru yang diajukan pemerintah masih affordable (terjangkau) dan masih cukup jauh di bawah harga BBM tak bersubsidi.

Karena tidak terpengaruh, maka kecil kemungkinan kelompok menengah ini ikut berdemonstrasi di jalan. Mereka mungkin malah merasa terganggu oleh aksi demonstrasi karena kemungkinan besar menambah kemacetan.

Daripada aksi demonstrasi di jalan, kelas menengah ini mungkin lebih asik berdiskusi di kantor tempat bekerja, di meja makan restoran, di kafe-kafe, atau di media online seperti mailing list dan social network seperti facebook dan twitter. Pro dan kontra, adu argumentasi yang dibumbui angka-angka hitung-hitungan subsidi, biaya produksi BBM, dan seterusnya seolah menjadi obrolan biasa saja, atau hiburan tambahan di sela-sela kesibukan.

Masyarakat kelompok menengah ini mungkin tidak tahu, tidak mau tahu, atau tidak akan pernah tahu bahwa banyak kelompok masyarakat lain yang nasibnya tidak beruntung seperti mereka. Masyarakat yang merasakan langsung dampak kenaikan BBM, bahkan dampaknya sudah terasa ketika kenaikan BBM itu masih sekedar wacana dan rencana.

Pelaku industri skala mikro, sudah ada yang gulung tikar karena bahan baku produksi sudah naik duluan. Buruh pabrik sudah dihantui ancaman kenaikan ongkos perjalanan menuju tempat kerja. Ibu-ibu rumah tangga sudah menjerit karena bahan-bahan konsumsi keluarga juga sudah naik. Semua kesulitan tersebut mungkin tidak dirasakan oleh kelompok masyarakat kelas menengah.

Jika Anda merasa termasuk ke dalam kelompok masyarakat kelas menengah, cobalah Anda sekali-sekali berbaur dengan kelompok masyarakat yang sangat merasakan langsung dampak kenaikan BBM, sehingga Anda bisa menyikapi keadaan dengan lebih bijak, karena bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Atau jika Anda terlalu sibuk untuk berbaur dengan masyarakat yang merasakan langsung dampak kenaikan BBM, paling tidak Anda bisa menunjukkan sikap yang penuh empati. Anda bebas mengeluarkan pendapat apa pun, dan di era informasi dan media sosial seperti sekarang, pendapat Anda pun dengan mudah menyebar ke mana-mana. Sebelum berpendapat, silakan Anda renungkan, dan pastikan pendapat Anda tidak akan menyinggung kelompok masyarakat tertentu.

Pastikan suara Anda tidak menyakiti perasaan masyarakat yang secara ekonomi tidak beruntung seperti Anda. Pastikan suara Anda tidak menyinggung masyarakat yang mendukung atau turun langsung berdemonstrasi. Bisa jadi di antara mereka banyak yang benar-benar tulus dan berjuang, dan bila perjuangan mereka berhasil, Anda pun akan ikut merasakan hasilnya.